TEMAN ASIK TEMAN TERBAIK

(Foto pribadi)


Punya banyak teman itu menyenangkan. Namun seiring bertambah usia dan kesibukan, maka lingkaran pertemanan ikut mengecil. Kalau dulu bisa ketemu 3 kali sehari, sekarang boro-boro bisa tatap muka sehari sekali, bisa beberapa bulan sekali bahkan setahun dua tahun baru ketemu. Kalau sudah gini, rasanya pengen mengulang waktu sekolah atau kuliah, saat waktu dihambur-hambur hanya untuk ngobrol berlama-lama dengan teman-teman. Related banget dengan quote yang sempat viral di Instagram, "Teman: dipertemukan saat pendidikan, dipisahkan oleh masa depan." 


Ada teman yang benar-benar move ke daerah asal dan gak balik-balik lagi. Ketemu cuma via panggilan video aja. Kadang sering haru gitu, kok bisa pertemanan bertahun-tahun masih tumbuh dan terawat dengan baik. Akhirnya mikir bahwa pertemanan itu  harus dijaga, dirawat dan diusahakan layaknya suatu hubungan. Saya pribadi punya pandangan gak umum tentang memilih teman yang menyenangkan. 


 1. Gak Baperan 

 Teman yang mudah tersinggung dan terlalu bawa perasaan itu kurang asik menurut saya. Jadinya saya harus mengikuti situasi hatinya, harus hati-hati saat mengungkapkan sesuatu. Wah, dengan berat hati akan saya tinggalkan teman seperti itu. Lingkaran pertemanan saya dari dulu sampai sekarang diisi dengan manusia "gak ada akhlak" yang jujur mengutarakan pandangannya tentang saya. 

Dulu malah saya yang baperan, lama-lama saya mikir, teman kayak gini yang menilai dengan jujur dan pikiran terbuka, dalam rangka membuat saya jadi pribadi yang lebih baik. Istilah kami, lebih baik ngomongin di depan saya langsung, daripada diomongin (dighibahi) di belakang, karena saya gak bakal tahu lagi diomongin apa. 


 2. Berpikiran Terbuka 

 Saya lebih suka ngobrol saat bertemu ketimbang sibuk dengan gawai masing-masing. Macam-macam obrolan biasanya kami lakukan, mulai dari yang receh seperti putus cinta dan gagal move on, sampai obrolan serius tentang konspirasi manusia, hal-hal inklusif dan marginal, atau konsep penciptaan manusia dari banyak pandangan agama. Benar-benar beragam. Bersyukur banget, closed circle saya sangat terbuka saat diajak ngobrol berlama-lama. Kami tidak suka menjatuhkan pilihan manusia, namun berusaha memahami tindakan dan pilihan mereka. 

Pembaca bisa mendengar beberapa obrolan kami di podcast Dialog Catatan Kecil. Kami pernah ngobrol soal pilihan hidup sebagai LGBT, hubungan seksual dengan pasangan sah dan tidak, sampai mengulik perasaan teman-teman yang masih lajang di usia mapan. Ketika saya nyambung ngobrol dengan mereka, maka obrolan sereceh atau serumit apapun akan menyenangkan. 


 3. Beda Latar Belakang 

 Saya percaya bahwa pelangi indah karena warnanya yang berbeda. Maka saya juga percaya bahwa pertemanan itu indah bila manusia berasal dari aneka latar belakang. Beda agama, beda suku, beda kisah hidup, beda pendapat, beda pekerjaan, beda budaya, beda usia, dan perbedaan lainnya. Kecuali beda dunia, saya masih belum berani berkomunikasi dengan mahluk-mahluk astral. 

Lingkaran pertemanan saya memang kecil, namun diisi manusia "gak ada akhlak" yang unik. Bagi saya, mereka menyenangkan, karena saya belajar banyak hal baru, berbagi cerita tentang apa saja, bahkan ikut berempati dengan kehidupan pribadi mereka yang beragam. 


 Apakah pertemuan tatap muka di masa pandemi ini penting? Bagi saya, bisa menjadi penting dan menyegarkan pikiran bila pertemuannya berkualitas. Namun, komunikasi via daring tetap membantu saya terkoneksi dengan teman-teman yang berada di luar kota, dan yang terjauh dari Wakanda (begitu sih yang dia klaim sendiri). 


Sedikit tips ala saya, baik dan buruk pertemanan akan membentuk pribadi kita, maka pilih yang membuat diri jadi lebih positif dan berkembang ke arah yang baik. Jangan membatasi diri untuk bergaul dengan orang baru dari latar belakang apapun, dunia ini luas bro! Terakhir, tetap jadi diri sendiri, jangan mencoba memaksakan diri dan kebiasaan agar bisa diterima dalam suatu circle, bakal capek hati, capek tenaga, capek pikiran. Kita mau teman yang menyenangkan, bukannya bikin kita mikir terus cara menyetarakan diri dengan mereka. 

 Semoga pertemanan kalian yang sekarang dan seterusnya menyenangkan ya. 


Salam Manis 

dari Si Hitam Manis 


 * Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting *

Komentar